Laporan wartawan Ismoyo
, JAKARTA – Memiliki atau membeli rumah menjadi salah satu tujuan hidup banyak orang, termasuk kaum milenial.
Namun kenyataannya, harga real estat semakin mahal dari waktu ke waktu, yang menghadirkan tantangan bagi calon pembeli rumah.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan generasi milenial semakin sulit memiliki rumah akibat kenaikan harga rumah yang tidak sebanding dengan pendapatan.
Pengamat properti Matthew Youssef menjelaskan, kenaikan harga properti didorong oleh sejumlah faktor, salah satunya adalah inflasi.
Di acara bincang-bincang ‘Millenials Can Own Real Estate’, Matthew berkata, ‘Di masa depan, inflasi akan sangat tinggi sehingga kaum muda tidak akan mampu membeli real estate’ dan ‘karena harga real estate akan meroket’. Trans Park Bintaro menggandeng Bank Mega Syariah di Kecamatan Bintaro, Tangerang Selatan pada Sabtu (22/10/2022).
Tak hanya inflasi, tren kenaikan suku bunga acuan juga menjadi salah satu penyebab naiknya harga rumah dan harga real estate. Sebagai acuan, Bank Indonesia telah menetapkan kebijakan menaikkan suku bunga acuan saat ini atau 7-day reverse repo rate (BI7DRR) menjadi 4,75%.
Awalnya, bank sentral mempertahankan suku bunga sebesar 3,50%. Bank investasi internasional akhirnya memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan selama tiga bulan berturut-turut, seiring dengan kenaikan inflasi nasional yang cukup signifikan.
“Siklus real estate akan semakin mahal. Kita tahu suku bunga bank akan terus naik. Repo rate yang tadinya 3,5 sekarang menjadi 4,75. Suku bunga bank akan mendorong harga real estate,” kata Hatta.
Bhima Yudhistira, Ekonom Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (CELIOS), mengatakan kenaikan suku bunga membuat harga semua jenis properti terkoreksi, termasuk residensial dan komersial. Bhima baru-baru ini mengatakan kepada Tribunnews, “Seiring kenaikan suku bunga pinjaman, pengembang dan kontraktor juga harus menyesuaikan tarif yang diteruskan ke konsumen akhir.”
“Suku bunga dana konstruksi diperkirakan akan meningkat tajam. Kenaikan harga material konstruksi diperkirakan terjadi karena penyesuaian bunga sekitar 1-2,5%, tidak memperhitungkan variabel seperti kenaikan biaya material, biaya logistik, dan biaya tenaga kerja. Sektor pembangunan”.
Bhima berpendapat bahwa belum semua konsumen siap jika bunga KPR variable rate bisa naik 1% sampai 3% sebelum base rate disesuaikan. Dan itu bisa mengoreksi permintaan kelas menengah di sektor perumahan. Akibatnya, semakin sulit bagi banyak anak muda untuk mengakses rumah.
“Sekalipun bisa melunasi cicilan, anak muda perkotaan tetap harus bolak-balik setiap hari,” kata Bhima.